Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 Oktober 2010

Kelola Nentu, Ibu RT Lestarikan Hutan

(Feature)


KELOMPOK Nentu Lestari (KNL) yang beranggotakan ibu rumah tangga (RT) di
kelurahan Todombulu, Kecamatan Sampolawa, Buton, Sulawesi Tenggara, memiliki
cara lain untuk melestarikan hutan tanpa merambah secara berlebihan dengan
memanfaatkan tumbuhan liar guna membuat kerajinan anyam bernilai ekonomi.
Para ibu RT itu juga berhasil memanfaatkan lingkungan sekitarnya tanpa  merusak kawasan hutan.




Laporan: Riza Salman, Buton


PERJUANGAN ibu RT itu berawal dari mencoba-coba meniru kerajinan anyam daerah
lain pada tahun 2007 yaitu dengan mengembangkan usaha kerajinan anyam
berbahan dasar tumbuhan liar yang merambat di hutan. Masyarakat setempat
menyebutnya nentu, dimana secara turun temurun nentu tidak memiliki fungsi.


Farida, Ketua Kelompok Nentu Lestari, mengatakan awalnya mereka mencoba
membuat vas bunga. Setelah berhasil, anyaman dikembangkan dengan berbagai
variasi  menjadi kipas, gantungan kunci,tempat buah, dan topi koboi untuk
dijual. Harganya pun terjangkau tanpa merogoh kantung anda.


Seperti ibu rumah tangga lainnnya yang hidup di pedesaan, paruh waktu mereka
digunakan untuk berkebun dan mengurus rumah tangga sembari menganyam nentu
disela-sela kesempatan yang ada.


Tidak sulit untuk mengumpulkan  nentu. Karena tumbuhan ini
tersebar dan tumbuh liar di kawasan hutan setempat. Meskipun diambil secara
berlebihan, tetap saja tidak menyebabkan kerusakan pada keseimbangan hutan.


"Pengambilan  nentu tidak merusak hutan karena tunas
tumbuhan tersebut cepat tumbuh setelah diambil untuk dimanfaatkan. Selain itu
nentu dapat dikembangkan untuk kerajinan bernilai ekonomis demi meningkatkan
fungsi gender," ungkap Lurah Tondombulu Wa Ode Amalia.


Hasil amatan salah seorang aktivis lingkungan bernama Winardi dari Operattion
Wallacea Trust (OWT), yaitu sebuah lembaga yang mendampingi pemberdayaan
masyarakat terhadap upaya konservasi di Sulawesi Tenggara (Sultra),
menyebutkan masyarakat Kelurahan Tondombulu sangat antusias terhadap
depemanfaatan hasil hutan.


Menurut Winardi, kedepan masyarakat di kelurahan itu akan tetap melestarikan
lingkungan dan tidak merambah hutan. "Masyarakat ini dapat dikategorikan
masyarakat pemelihara lingkungan atau kelompok pelestari lingkungan,"
ucapnya, Jumat (29/10).


Untuk pengembangan usaha produk anyam nentu belum menembus pasaran nasional
dan masih membutuhkan perhatian serius dari bebagai pihak, utamanya
pemerintah setempat. Sejauh ini, karya dari kelempok nentu yang berkualitas
dan bernilai seni hanya jadi pajangan di pameran event nasional mewakili
daerah.(***)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar